Gelombang Partai Golkar, Mengerikan Ketum Bahlil?

Kategori Berita

Iklan Semua Halaman

 


Iklan

Gelombang Partai Golkar, Mengerikan Ketum Bahlil?

Admin Redaksi
Rabu, 21 Agustus 2024

 


SALATIGANEWS.COM - Munas Golkar di helat dengan meriah di Jakarta Hilton Convention Center (JCC) tanggal 20 Agustus 2024. Di Munas partai besar itu, semua orang tertuju ke Bahlil sebagai satu-satunya calon tunggal, yang dipastikan akan memimpin partai berlambang beringin untuk periode 2024-2029 mendatang.


Lelaki petarung produk PB HMI periode dua dekade lalu itu, sangat terlalu muda untuk duduk di singgasana besar sekelas ketua umum partai Golkar. Dari kampung terpelosok, lulusan kampus tidak terlacak google dan bukan golongan darah biru tapi ia diberi karpet merah menikmati kekuasaan para bangsawan masa silam.


Apresiasi untuk seorang Bahlil, sekaligus selamat atas capaian barunya sebagai nakhoda baru yang dalam 5 tahun mendatang akan membawa kapal besar Golkar mengarungi samudra luas. Bahlil tidak bertarung sebagaimana pertarungan umumnya untuk mengambil Golkar, tapi ia di identikan dengan nakhoda titipan kekuasaan.


Tidak tanggung-tanggung yang menitip Bahlil "mengkudeta" Golkar adalah presiden Jokowi. Seorang Presiden yang sebulan lagi akan mengakhiri masa jabatannya selama dua periode sebagai seorang king maker. Itu artinya Bahlil akan mendrive partai Golkar tidak lagi dengan kekuasaan topangan Jokowi. 


Sang presiden sudah kembali menjadi rakyat biasa, tapi seorang presiden tetaplah seorang presiden, kendati powernya sudah sangat berkurang. Disinilah ujian besar itu akan dihadapi Bahlil sendirian sebagai ketum Golkar baru memulai pertarungan yang sebenarnya sebagai mantan aktifis dan milenial cerdas menciptakan sejarah atas nama dirinya sendiri, sebagai ketua umum Golkar yang paling heboh.


Kenapa saya sebut heboh? Karena kedatangan Bahlil "diantar" oleh presiden Jokowi atau bau kekuasaan yang menyengat dari tumbangnya ketum Airlangga Hartato begitu terlihat jelas. Ketika orang ramai-ramai mengkritik Bahlil dengan sejumlah argumentasi, saya justru tertarik melihat Bahlil Effect secara positif.


Bahlil Dua Periode, Bisakah?


Lahir sebagai anak kampung, korban gempa Banda Maluku tahun 1988, Bahlil kecil sudah diboyong mengungsi oleh orang tuanya ke Fak-Fak, Papua Barat. Fak-Fak tercatat sebagai negeri pertama orang Buton menyisir perairan Papua dengan berdagang sejak abad 15. Itu artinya Bahlil mengungsi ke Papua tidak salah karena disitulah leluhurnya menaklukan kerasnya ombak lautan Papua dan Pasifik dengan perahu seadanya.


Begitupula dengan Bahlil kecil yang harus bermigrasi ke Fak Fak sebagai pengungsi ditempat yang baru. Ditempat baru Bahlil kecil layaknya anak kampung lain; sekolah, bermain dan menjadi anak yg taat pada orang tua terutama ibunya setelah ayahnya meninggal. Menjual kue keliling sejak kecil, sekolah dan sempat menjadi ketua OSIS, lalu bermigrasi lagi ke Papua tapi ibukotanya.


Kisah kecilnya yang tumbuh prihatin dari keluarga miskin dan prihatin, membuat Bahlil makin teruji ketika ia masuk kuliah dikampus kecil di kota Jayapura. Rupanya dari kampus ini Bahlil dikenalkan dengan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), sebuah organisasi yang saya identikan dengan kolam besar. Istilah ini saya ambil dari Malcolm Gladwell, ikan besar sudah pasti akan ada di kolam besar bukan di kolam kecil. Kalau di kolam kecil, ikan besar itu pasti akan mati tak bernafas.


Kendati anak kampung, miskin dan kuliah di kampus kecil tapi otak Bahlil adalah otak HMI. Ia sejak aktifis sudah terpacu bermain di kolam yang besar kendati ia memiliki banyak keterbatasan. Dalam kurun waktu 20 tahun sejak berproses di organisasi HMI paling bawah hingga PB HMI, Bahlil melejit secepat meteor. Kalau hari ini Bahlil memimpin Golkar yang dikenal sarangnya politisi hebat Indonesia, maka saya membacanya Bahlil memang sangat cocok dan kredibel disitu.


Golkar adalah kolam besar, dan Bahlil adalah ikan besar itu. Singkatnya sekeras apapun gelombang yang terjadi di partai Golkar, saya yakin Bahlil akan sangat piawai mengelola partai besar ini, menjadi bukan sekedar partai besar tp lebih dari itu. Bahlil akan menciptakan fenomena demokrasi yang berkeadilan antara pusat dan daerah yang lebih berkeadilan. Dua periode di partai Golkar, Bahlil sangat cukup untuk membuat terobosan harmonisasi politik pusat dan daerah yang lebih setara. 


Untuk menutup tulisan ini, pesimisme terhadap kepemimpinan Bahlil di Golkar yang diprediksi akan berumur pendek seusia kepemimpinan Jokowi yg sisa sebulan lengser, itu sah sah saja. 


Semua orang boleh mengatakan itu, tapi Bahlil datang dengan sejumlah kisah, pengalaman dan visi besar yang tidak bisa diragukan siapapun. Akhirnya doa saya, baru menjadi seorang pelaut ulung sesesorang harus mengarungi kerasnya ombak dan badai lautan, baru ia disebut teruji. Bahlil pasti sudah mengatakan selamat datang ujian itu, sang nakhoda sudah siap membawa perahu besar Golkar mengarungi samudra perubahan.


Lamadi de Lamato

Alumnus Yale University, USA, Tinggal di Ciputat

Tag Terpopuler